1/6/10

Perubahan Nutrisi Pada Pasien Kritis.

Rangkaian kejadian yang terjadi pada kondisi "injury" bisa mempengaruhi berbagai sistem organ tubuh, dan dapat berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari.

Kecepatan katabolisme protein melebihi kecepatan sintesis protein, sehingga menimbulkan imbang nitrogen negatif. Massa otot berkurang dan pada organ-organ vital terjadi degradasi protein. Cepatnya proteolisis yang terjadi di otot menyebabkan asam amino (khususnya alanin dan glutamin) bergeser dari perifer ke viseral untuk keperluan glukoneogenesis. Alanin adalah asam amino utama yang digunakan untuk glukoneogenesis hepatik. Glutamin merupakan sumber energi yang terpilih untuk sel-sel saluran cerna, sel-sel imun, dan sel-sel yang terlibat dalam perbaikan jaringan. Glutamin juga berperan sebagai bahan untuk glukoneogenesis di ginjal dan sintesis anti oksidan, gluthathione, di hepar. Asaam amino rantai cabang (BCAA) seperti isoleusin, leusin, dan valin juga merupakan bahan-bahan oksidatif yang penting selama sakit kritis.

Selama berlangsungnya kondisi stress, produksi glukosa endogen meningkat. Kondisi ini merupakan efek dari meningkatnya hormon-hormon "counter-regulatory" dan sitokin yang menstimulasi glikogenolisis dan glukoneogenesis. Substrat utama untuk glukoneogenesis adalah gliserol (dari jaringan adiposa), alanin (dari otot rangka), dan laktat (dari jaringan perifer dan otot rangka) (hal ini menjelaskan penurunan berat badan dari pasien kritis). Respons ini diyakini bisa mencukupi kebutuhan glukosa dari organ tubuh seperti otak, leukosit, dan sel-sel yang terlibat dalam reparasi jaringan.

Hiperglikemia bisa terjadi pada kondisi dimana kadar insulin dalam darah normal maupun meningkat. resistensi insulin ini merupakan gambaran yang umum ditemukan pada kondisi stress. Kadar glukagon pada penderita sepsis meningkat dengan nyata.

Lipolisis dipercepat dengan adanya mobilisasi gliserol dan asam lemak bebas, dan ditemukan juga peningkatan oksidasi asam lemak.

Tujuan pemberian dukungan nutrisi pada kondisi sakit kritis dan sepsis adalah :

1. Meminimalkan imbang negatif kalori dan protein dan kehilangan protein dengan cara menghindari kondisi starvasi.
2. Mempertahankan fungsi jaringan, khususnya hati, sistem imun, sistem otot, dan otot-otot pernafasan.
3. Memodifikasi perubahan-perubahan metabolik dan fungsi metabolik dengan menggunakan substrat khusus.

Kebutuhan energi :

Sekalipun kebutuhan energi sebesar 20-25 kcal/kgBB/hari direkomendasikan untuk pasien-pasien sakit kritis, sejumlah data menunjukkan bahwa pemberian kalori yang lebih rendah (tidak melebihi 25 kcal/kgBB/hari) lebih aman untuk pasien-pasien sakit kritis.

Pada pasien anak yang sakit kritis, kebutuhan kalorinya berubah seiring dengan kondisi klinisnya. Disamping beratnya penyakit dan derajat stress, faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengeluaran energi antara lain menangis, pengambilan darah, terapi fisik, dan pengisapan pipa endotrakeal.

Kebutuhan energi dapat dipenuhi melalui jalur enteral (nasogastrik, atau nasojejunal atau melalui gastrostomi atau jejunostomi) atau jalur parenteral (vena perifer atau vena sentral).

Kebutuhan Protein :

Kebutuhan protein pada pasien sakit kritis dewasa kurang lebih 1,5 g/kgBB/hari. Kebutuhan bisa meningkat sampai 2 g/kgBB/hari pada pasien trauma, luka bakar berat dan cedera kepala. Pada pasien yang menjalani CRRT (Continuous renal replacement therapy), kebutuhan protein bahkan bisa dinaikkan sampai 2,5 g/kgBB/hari. Jumlah nitrogen yang hilang bervariasi sesuai dengan kondisi klinis dan selaras denga jumlah energi yang dikeluarkan berikut beratnya stress.

Kebutuhan protein pada pasien PICU bervariasi menurut usia dan kondisi klinis. Kebutuhan protein/asam amino pada pemberian nutrisi parenteral untuk bayi cukup bulan adalah 2,5-3 g/kgBB/hari. Pada anak-anak yang lebih tua, kebutuhan asam aminonya 2-2,5 g/kgBB/hari, dan pada pasien kritis remaja, kebutuhan proteinnya adalah 1,5-2 g/kgBB/hari. Kebutuhan asam amino/protein yang lebih tinggi dibutuhkan pada pasien trauma dan pasien yang menjalani terapi CRRT untuk menggantikan asam amino yang hilang melalui filter hemodialisa.

Sumber :
1. Basic in Clinical Nutrition, 3rd ed. Lubos Sobotkan. Galen, 2004.
2. ASPEN Nutrition Support Practice Manual, 2nd ed. 2005.

regards, taniafdi ^_^

No comments:

1/6/10

Perubahan Nutrisi Pada Pasien Kritis.

Rangkaian kejadian yang terjadi pada kondisi "injury" bisa mempengaruhi berbagai sistem organ tubuh, dan dapat berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari.

Kecepatan katabolisme protein melebihi kecepatan sintesis protein, sehingga menimbulkan imbang nitrogen negatif. Massa otot berkurang dan pada organ-organ vital terjadi degradasi protein. Cepatnya proteolisis yang terjadi di otot menyebabkan asam amino (khususnya alanin dan glutamin) bergeser dari perifer ke viseral untuk keperluan glukoneogenesis. Alanin adalah asam amino utama yang digunakan untuk glukoneogenesis hepatik. Glutamin merupakan sumber energi yang terpilih untuk sel-sel saluran cerna, sel-sel imun, dan sel-sel yang terlibat dalam perbaikan jaringan. Glutamin juga berperan sebagai bahan untuk glukoneogenesis di ginjal dan sintesis anti oksidan, gluthathione, di hepar. Asaam amino rantai cabang (BCAA) seperti isoleusin, leusin, dan valin juga merupakan bahan-bahan oksidatif yang penting selama sakit kritis.

Selama berlangsungnya kondisi stress, produksi glukosa endogen meningkat. Kondisi ini merupakan efek dari meningkatnya hormon-hormon "counter-regulatory" dan sitokin yang menstimulasi glikogenolisis dan glukoneogenesis. Substrat utama untuk glukoneogenesis adalah gliserol (dari jaringan adiposa), alanin (dari otot rangka), dan laktat (dari jaringan perifer dan otot rangka) (hal ini menjelaskan penurunan berat badan dari pasien kritis). Respons ini diyakini bisa mencukupi kebutuhan glukosa dari organ tubuh seperti otak, leukosit, dan sel-sel yang terlibat dalam reparasi jaringan.

Hiperglikemia bisa terjadi pada kondisi dimana kadar insulin dalam darah normal maupun meningkat. resistensi insulin ini merupakan gambaran yang umum ditemukan pada kondisi stress. Kadar glukagon pada penderita sepsis meningkat dengan nyata.

Lipolisis dipercepat dengan adanya mobilisasi gliserol dan asam lemak bebas, dan ditemukan juga peningkatan oksidasi asam lemak.

Tujuan pemberian dukungan nutrisi pada kondisi sakit kritis dan sepsis adalah :

1. Meminimalkan imbang negatif kalori dan protein dan kehilangan protein dengan cara menghindari kondisi starvasi.
2. Mempertahankan fungsi jaringan, khususnya hati, sistem imun, sistem otot, dan otot-otot pernafasan.
3. Memodifikasi perubahan-perubahan metabolik dan fungsi metabolik dengan menggunakan substrat khusus.

Kebutuhan energi :

Sekalipun kebutuhan energi sebesar 20-25 kcal/kgBB/hari direkomendasikan untuk pasien-pasien sakit kritis, sejumlah data menunjukkan bahwa pemberian kalori yang lebih rendah (tidak melebihi 25 kcal/kgBB/hari) lebih aman untuk pasien-pasien sakit kritis.

Pada pasien anak yang sakit kritis, kebutuhan kalorinya berubah seiring dengan kondisi klinisnya. Disamping beratnya penyakit dan derajat stress, faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengeluaran energi antara lain menangis, pengambilan darah, terapi fisik, dan pengisapan pipa endotrakeal.

Kebutuhan energi dapat dipenuhi melalui jalur enteral (nasogastrik, atau nasojejunal atau melalui gastrostomi atau jejunostomi) atau jalur parenteral (vena perifer atau vena sentral).

Kebutuhan Protein :

Kebutuhan protein pada pasien sakit kritis dewasa kurang lebih 1,5 g/kgBB/hari. Kebutuhan bisa meningkat sampai 2 g/kgBB/hari pada pasien trauma, luka bakar berat dan cedera kepala. Pada pasien yang menjalani CRRT (Continuous renal replacement therapy), kebutuhan protein bahkan bisa dinaikkan sampai 2,5 g/kgBB/hari. Jumlah nitrogen yang hilang bervariasi sesuai dengan kondisi klinis dan selaras denga jumlah energi yang dikeluarkan berikut beratnya stress.

Kebutuhan protein pada pasien PICU bervariasi menurut usia dan kondisi klinis. Kebutuhan protein/asam amino pada pemberian nutrisi parenteral untuk bayi cukup bulan adalah 2,5-3 g/kgBB/hari. Pada anak-anak yang lebih tua, kebutuhan asam aminonya 2-2,5 g/kgBB/hari, dan pada pasien kritis remaja, kebutuhan proteinnya adalah 1,5-2 g/kgBB/hari. Kebutuhan asam amino/protein yang lebih tinggi dibutuhkan pada pasien trauma dan pasien yang menjalani terapi CRRT untuk menggantikan asam amino yang hilang melalui filter hemodialisa.

Sumber :
1. Basic in Clinical Nutrition, 3rd ed. Lubos Sobotkan. Galen, 2004.
2. ASPEN Nutrition Support Practice Manual, 2nd ed. 2005.

regards, taniafdi ^_^

No comments: