1/16/10

Riwayat Stroke dan TIA lebih sering ditemukan pada Gagal Jantung dengan Tekanan Darah Sistolik Rendah.

Suatu studi berbasis populasi menunjukkan bahwa jumlah laporan mandiri kasus stroke atau TIA meningkat pada pasien dengan gagal jantung, terutama pada pasien dengan tekanan darah sistolik yang rendah.

Meskipun demikian, masih belum dapat dipastikan apakah penemuan dalam studi ini disebabkan oleh perfusi serebral yang buruk atau disebabkan tromboembolisme akibat fungsi jantung yang buruk.

Dr. Patrick M. Pullicino dari University of Kent, Inggris yang memimpin studi ini, meneliti prevalensi riwayat stroke atau TIA yang dilaporkan secara mandiri di antara 21.453 individu dengan dan tanpa gagal jantung, yang ditentukan dengan digunakannya digoxin atau tidak. Tidak satupun subyek melaporkan adanya fibrilasi atrium.

Dalam studi ini ditemukan 251 subyek yang menderita gagal jantung dan 21.202 tanpa gagal jantung. Riwayat stroke atau TIA ditemukan pada 66 subyek (26,3%) dengan gagal jantung, dan 1.805 (8,5%) tanpa gagal jantung (p,0,00001). Melalui analisis multivariat, risiko timbulnya stroke lebih tinggi pada pasien dengan gagal jantung (rasio risiko 2,2).

Dibanding dengan subyek dalam tanpa gagal jantung, rasio risiko unadjusted untuk riwayat stroke atai TIA pada kelompok gagal jantung dengan tertil tekanan darah sistolik yang besar, adalah 4,0; 2,7; dan 2,3; yang tetap bermakna setelah dilakukan koreksi pada tertil terendah (<119,5 mmHg).

Para peneliti menyatakan diperlukannya studi lebih lanjut untuk menetukan apakah tekanan darah sistolik yang menurun pada gagal jantung menimbulkan risiko stroke. Jika hal ini terbukti, maka perlu ditentukan batas tekanan darah sistolik yang aman pada pasien-pasien ini

Sumber : Stroke 2009, 40: 3706-3710.

regards, taniafdi ^_^

No comments:

1/16/10

Riwayat Stroke dan TIA lebih sering ditemukan pada Gagal Jantung dengan Tekanan Darah Sistolik Rendah.

Suatu studi berbasis populasi menunjukkan bahwa jumlah laporan mandiri kasus stroke atau TIA meningkat pada pasien dengan gagal jantung, terutama pada pasien dengan tekanan darah sistolik yang rendah.

Meskipun demikian, masih belum dapat dipastikan apakah penemuan dalam studi ini disebabkan oleh perfusi serebral yang buruk atau disebabkan tromboembolisme akibat fungsi jantung yang buruk.

Dr. Patrick M. Pullicino dari University of Kent, Inggris yang memimpin studi ini, meneliti prevalensi riwayat stroke atau TIA yang dilaporkan secara mandiri di antara 21.453 individu dengan dan tanpa gagal jantung, yang ditentukan dengan digunakannya digoxin atau tidak. Tidak satupun subyek melaporkan adanya fibrilasi atrium.

Dalam studi ini ditemukan 251 subyek yang menderita gagal jantung dan 21.202 tanpa gagal jantung. Riwayat stroke atau TIA ditemukan pada 66 subyek (26,3%) dengan gagal jantung, dan 1.805 (8,5%) tanpa gagal jantung (p,0,00001). Melalui analisis multivariat, risiko timbulnya stroke lebih tinggi pada pasien dengan gagal jantung (rasio risiko 2,2).

Dibanding dengan subyek dalam tanpa gagal jantung, rasio risiko unadjusted untuk riwayat stroke atai TIA pada kelompok gagal jantung dengan tertil tekanan darah sistolik yang besar, adalah 4,0; 2,7; dan 2,3; yang tetap bermakna setelah dilakukan koreksi pada tertil terendah (<119,5 mmHg).

Para peneliti menyatakan diperlukannya studi lebih lanjut untuk menetukan apakah tekanan darah sistolik yang menurun pada gagal jantung menimbulkan risiko stroke. Jika hal ini terbukti, maka perlu ditentukan batas tekanan darah sistolik yang aman pada pasien-pasien ini

Sumber : Stroke 2009, 40: 3706-3710.

regards, taniafdi ^_^

No comments: