1/18/10

Efek Samping sering terjadi dengan Kortikosteroid Dosis Rendah sampai Sedang.

Meta-analisis yang dilakukan oleh tim peneliti Belanda menunjukkan bahwa secara keseluruhan, efek samping pemberian kortikosteroid besarnya adalah 150 per 100 patient-years, sedangkan pada pasien dengan penyakit IBD (Inflammatory Bowel Disease) besarnya 555 per 100 patient-years.

Dr. J. N. Hoes dari University Medical Center Utrecht yang memimpin studi ini berhasil mengumpulkan 28 studi mencakup 2382 subyek, termasuk pasien dengan atritis rematoid (AR, n = 796), polimialgia rematika (PR, n = 167), dan IBD (n = 1419). Semua pasien mendapat regimen kortikosteroid dosis rendah (ekivalen dengan prednisolon 0-7,5 mg sehari) atau dosis sedang (>7,5 - 3,0 mg).

Dosis rata-rata sehari pada kelompok AR, PR, dan IBD adalah 7,5 mg, 8,6 mg, dan 13,9 mg. Di antara pasien-pasien dalam kelompok AR dan PR, angka efek samping per 100 patient-years adalah 43 dan 80 yang lebih rendah dibanding kelompok IBD.

Efek samping pada kelompok AR terutama berupa gangguan psikologik dan tingkah laku, diikuti dengan efek samping dermatologik dan kardiovaskuler. Pada kelompok PR, efek sampingnya terutama berhubungan dengan kelainan gastrointestinal, endokrin dan metabolik, kardiovaskuler serta infeksi. Sedangkan pada kelompok IBD, efek sampping yang paling sering dilaporkan adalah gangguan gastrointestinal dan neurologik.

Para peneliti menyatakan bahwa desain studi ini menghambat perbandingan langsung efek samping kortikosteroid pada pasien dengan penyakit yang berbeda. Tingginya efek samping secara kuat berhubungan dengan jenis penyakit, lama studi, pemberian obat-obat lain, dan frekuensi pencatatan efek samping. Pada sebagian besar studi, efek samping ini tidak secara sistematik dicatat.

Dinyatakan bahwa rasio "risiko-manfaat" pemberian kortikosteroid merupakan masalah penting yang perlu diteliti dalam studi di masa datang, dan dapat membantu menciptakan target baru untuk pengembangan obat, seperti pengembangan agonis reseptor glukokortikoid selektif.

Sumber : Annals of The Rheumatic Diseases 2009; 68: 1833-1838.

regards, taniafdi ^_^

No comments:

1/18/10

Efek Samping sering terjadi dengan Kortikosteroid Dosis Rendah sampai Sedang.

Meta-analisis yang dilakukan oleh tim peneliti Belanda menunjukkan bahwa secara keseluruhan, efek samping pemberian kortikosteroid besarnya adalah 150 per 100 patient-years, sedangkan pada pasien dengan penyakit IBD (Inflammatory Bowel Disease) besarnya 555 per 100 patient-years.

Dr. J. N. Hoes dari University Medical Center Utrecht yang memimpin studi ini berhasil mengumpulkan 28 studi mencakup 2382 subyek, termasuk pasien dengan atritis rematoid (AR, n = 796), polimialgia rematika (PR, n = 167), dan IBD (n = 1419). Semua pasien mendapat regimen kortikosteroid dosis rendah (ekivalen dengan prednisolon 0-7,5 mg sehari) atau dosis sedang (>7,5 - 3,0 mg).

Dosis rata-rata sehari pada kelompok AR, PR, dan IBD adalah 7,5 mg, 8,6 mg, dan 13,9 mg. Di antara pasien-pasien dalam kelompok AR dan PR, angka efek samping per 100 patient-years adalah 43 dan 80 yang lebih rendah dibanding kelompok IBD.

Efek samping pada kelompok AR terutama berupa gangguan psikologik dan tingkah laku, diikuti dengan efek samping dermatologik dan kardiovaskuler. Pada kelompok PR, efek sampingnya terutama berhubungan dengan kelainan gastrointestinal, endokrin dan metabolik, kardiovaskuler serta infeksi. Sedangkan pada kelompok IBD, efek sampping yang paling sering dilaporkan adalah gangguan gastrointestinal dan neurologik.

Para peneliti menyatakan bahwa desain studi ini menghambat perbandingan langsung efek samping kortikosteroid pada pasien dengan penyakit yang berbeda. Tingginya efek samping secara kuat berhubungan dengan jenis penyakit, lama studi, pemberian obat-obat lain, dan frekuensi pencatatan efek samping. Pada sebagian besar studi, efek samping ini tidak secara sistematik dicatat.

Dinyatakan bahwa rasio "risiko-manfaat" pemberian kortikosteroid merupakan masalah penting yang perlu diteliti dalam studi di masa datang, dan dapat membantu menciptakan target baru untuk pengembangan obat, seperti pengembangan agonis reseptor glukokortikoid selektif.

Sumber : Annals of The Rheumatic Diseases 2009; 68: 1833-1838.

regards, taniafdi ^_^

No comments: