3/17/10

Antitrombotik dan Operasi

Lebih dari 90% pasien yang menjalani operasi mayor menghadapi ririko VTE (Venous Thromboembolism), tetapi ternyata hanya sekitar sepertiganya mendapat profilaksis VTE. Selain itu, terapi profilaksis yang diberikan tergantung jenis operasinya. Pasien operasi ortopedik paling sering menjalani terapi profilaksis (100%) untuk subyek berisiko VTE, sedang pada pasien berisiko tinggi besarnya 86%. Sedangkan operasi urologik/ginekologik menerima terapi profilaksis sebesar 88,4% untuk subyek berisiko VTE dan 53,8% untuk subyek dengan risiko.
Dr. Ajay K. Kakkar dkk, dari Barts and The London School od Medicine and Dentistry, London, melakukan studi pada 18.461 pasien dewasa yang berasal dari survei ENDORSE di 32 negara. Saat ini kriteria standar panduan American College of Chest Physicians tahun 2004 digunakan untuk menentukan risiko VTE dan anjuran profilaksis.

Secara keseluruhan, sebanyak 92,5% pasien berisiko mengalami VTE dan 62,3% mendapat profilaksis. Selain adanya perbedaan dari jenis operasinya, angka risiko VTE dan jumlah pemberian profilaksis bervariasi dari negara ke negara. Dari negara satu ke negara lainnya, jumlah pasien yang berisiko VTE bervariasi dari 66,8% - 98,4%, sedangkan profilaksis yang dianjurkan diberikan pada 0,3 - 93,9% pasien.

Pada analisis multivariat, jumlah operasi ortopedik merupakan prediktor terkuat penggunaan profilaksis VTE. Secara khusus, operasi penggantian pinggul dan lutut meningkatkan risiko sebesar 6,3 dan 5,9 kali lipat. Faktor non-operatif yang merupakan prediktor terkuat penggunaan profilaksis adalah obesitas (rasio risiko 1,9).

Para peneliti menyimpulkan bahwa survei populasi bedah ENDORSE ini menegaskan adanya jarak antara prevalensi risiko VTE pada pasien yang menjalani operasi mayor dengan pemberian terapi profilaksis yang dianjurkan oleh ACCP.

source : Annals of Surgery 2010;251:330-338

regards, taniafdi ^_^

No comments:

3/17/10

Antitrombotik dan Operasi

Lebih dari 90% pasien yang menjalani operasi mayor menghadapi ririko VTE (Venous Thromboembolism), tetapi ternyata hanya sekitar sepertiganya mendapat profilaksis VTE. Selain itu, terapi profilaksis yang diberikan tergantung jenis operasinya. Pasien operasi ortopedik paling sering menjalani terapi profilaksis (100%) untuk subyek berisiko VTE, sedang pada pasien berisiko tinggi besarnya 86%. Sedangkan operasi urologik/ginekologik menerima terapi profilaksis sebesar 88,4% untuk subyek berisiko VTE dan 53,8% untuk subyek dengan risiko.
Dr. Ajay K. Kakkar dkk, dari Barts and The London School od Medicine and Dentistry, London, melakukan studi pada 18.461 pasien dewasa yang berasal dari survei ENDORSE di 32 negara. Saat ini kriteria standar panduan American College of Chest Physicians tahun 2004 digunakan untuk menentukan risiko VTE dan anjuran profilaksis.

Secara keseluruhan, sebanyak 92,5% pasien berisiko mengalami VTE dan 62,3% mendapat profilaksis. Selain adanya perbedaan dari jenis operasinya, angka risiko VTE dan jumlah pemberian profilaksis bervariasi dari negara ke negara. Dari negara satu ke negara lainnya, jumlah pasien yang berisiko VTE bervariasi dari 66,8% - 98,4%, sedangkan profilaksis yang dianjurkan diberikan pada 0,3 - 93,9% pasien.

Pada analisis multivariat, jumlah operasi ortopedik merupakan prediktor terkuat penggunaan profilaksis VTE. Secara khusus, operasi penggantian pinggul dan lutut meningkatkan risiko sebesar 6,3 dan 5,9 kali lipat. Faktor non-operatif yang merupakan prediktor terkuat penggunaan profilaksis adalah obesitas (rasio risiko 1,9).

Para peneliti menyimpulkan bahwa survei populasi bedah ENDORSE ini menegaskan adanya jarak antara prevalensi risiko VTE pada pasien yang menjalani operasi mayor dengan pemberian terapi profilaksis yang dianjurkan oleh ACCP.

source : Annals of Surgery 2010;251:330-338

regards, taniafdi ^_^

No comments: