10/15/09

Diare Diabetik

Diare diabetik (DD) merupakan suatu sindroma klinik yang terjadi pada penderita DM tanpa penyakit dasar lain pada saluran cerna dan merupakan diagnosis eksklusi. Gambaran klinik bervariasi dari satu penderita ke penderita lain, karena patofisiologinya yang heterogen. Tidak semua penderita DD sembuh dengan terapi standar. Umumnya DD terjadi pada DM yang sudah lama dan terjadi komplikasi neuropati perifer dan neuropati otonom. Neuropati otonom merupakan dasar patofisiologi DD.
Gambaran klinik bervariasi, dimulai dari diare intermiten dalam beberapa minggu atau bulan, di sela periode tinja normal atau bahkan konstipasi. Umumnya diare dimulai malam hari, kemudian bervariasi siang atau malam. Sering bersamaan dengan inkontinensia tinja. Tinja bervariasi dari 200-1600 gram per hari. Kadang-kadang bersama-sama dengan steatore pada 40-50% penderita, umumnya ringan dan tidak menurunkan berat badan secara drastis.
Patogenesis DD, mekanisme yang mendasari DD adalah neuropati otonom yang menyebabkan terjadinya : insufisiensi eksokrin pankreas, gangguan motilitas saluran cerna, pertumbuhan bakteri yang berlebihan dalam usus, kelainan komposisi dan ekskresi garam empedu, dan kenaikan sekresi usus. Dilaporkan bahwa metformin dapat menyebabkan diare pada beberapa penderita DM.
Terjadinya diare pada DM mungkin oleh karena gangguan absorbsi cairan dan elektrolit di usus halus yang disebabkan oleh neuropati otonom. Absorbsi cairan dan elektrolit di ileum dan kolon diperantarai oleh alfa 2-adrenergic receptors. Penelitian yang dilakukan Chang et al, pada tikus yang diberi streptozotocin hingga terjadi DM didapat penurunan tonus simpatikus pada mukosa ileum dan kolon. Karena denervasi simpatik pada neuropati otonom. Akibatnya terjadi penurunan absorbsi cairan dan elektrolit di ileum dan kolon, dan terjadilah diare. Pemberian klonidin dapat memperbaiki absorbsi ileum dan kolon. Pemberian klonidin pada DD dapat menurunkan volume diare.
Penderita DM dengan diare kronik intermiten atau persisten harus dievaluasi dengan baik : pemeriksaan darah rutin, status glikemi, elektrolit, status tiroid, tes ANA, kadar obat bila mungkin kultur tinja dan sigmoidoskopi. bila pemeriksaan tinaja dan darah ada kelainan dilakukan aspirasi usus halus untuk kultur dan biopsi. Bila darah dan tinja normal dilakukan tes fungsi anorektal. Bila pemeriksaan di atas tidak dapati kelainan dilakukan pemeriksaan GI trait atau terapi empirik dengan opioid, klonidin, kolesteramin resin, octreotid.
Penderita DM dengan diare yang telah dievaluasi dan ditemukan sebab diarenya, segera diobati sesuai penyebabnya.
Bila pemeriksaan untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri yang berlebihan tidak dapat dikerjakan, diberikan terapi antibiotik empirik misalnya tetrasiklin atau metronidazol. setelah pemberian antibiotik empirik tidak menolong dapat diberikan terapi simtomatis misalnya diphenoxylate/atropine atau loperamide. Karena diarenya episodik, maka terapi simtomatis hanya diberikan saat episode diare saja.
Penderita yang tidak respon dengan terapi simtomatis dapat dicoba diberikan klonidin.
Fedorak et al melaporkan pemberian klonidin dosis tinggi 0,5-0,6 mg tiap 12 jam, dapat memperbaiki diare pada DD, tetapi terjadi efek sedasi yang cukup bermakna.
Pada diare yang cukup berat dan tidak responsif dengan pemberian klonidin dapat diberikan somatostatin analog (ocreotid). Obat ini dapat mengurangi sekresi mukosa usus dan memperbaiki absorbsi usus, hingga dapat mengurangi volume diare pada DD. Ocreotid diberikan parenteral, secara subkutan atau infus kontinyu.

Sumber : Diare Diabetik, Suyatmi Awizar. Naskah Lengkap Diabete Melitus Ditinjau dari berbagai Aspek Penyakit Dalam. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2007.

regards, taniafdi ^_^

No comments:

10/15/09

Diare Diabetik

Diare diabetik (DD) merupakan suatu sindroma klinik yang terjadi pada penderita DM tanpa penyakit dasar lain pada saluran cerna dan merupakan diagnosis eksklusi. Gambaran klinik bervariasi dari satu penderita ke penderita lain, karena patofisiologinya yang heterogen. Tidak semua penderita DD sembuh dengan terapi standar. Umumnya DD terjadi pada DM yang sudah lama dan terjadi komplikasi neuropati perifer dan neuropati otonom. Neuropati otonom merupakan dasar patofisiologi DD.
Gambaran klinik bervariasi, dimulai dari diare intermiten dalam beberapa minggu atau bulan, di sela periode tinja normal atau bahkan konstipasi. Umumnya diare dimulai malam hari, kemudian bervariasi siang atau malam. Sering bersamaan dengan inkontinensia tinja. Tinja bervariasi dari 200-1600 gram per hari. Kadang-kadang bersama-sama dengan steatore pada 40-50% penderita, umumnya ringan dan tidak menurunkan berat badan secara drastis.
Patogenesis DD, mekanisme yang mendasari DD adalah neuropati otonom yang menyebabkan terjadinya : insufisiensi eksokrin pankreas, gangguan motilitas saluran cerna, pertumbuhan bakteri yang berlebihan dalam usus, kelainan komposisi dan ekskresi garam empedu, dan kenaikan sekresi usus. Dilaporkan bahwa metformin dapat menyebabkan diare pada beberapa penderita DM.
Terjadinya diare pada DM mungkin oleh karena gangguan absorbsi cairan dan elektrolit di usus halus yang disebabkan oleh neuropati otonom. Absorbsi cairan dan elektrolit di ileum dan kolon diperantarai oleh alfa 2-adrenergic receptors. Penelitian yang dilakukan Chang et al, pada tikus yang diberi streptozotocin hingga terjadi DM didapat penurunan tonus simpatikus pada mukosa ileum dan kolon. Karena denervasi simpatik pada neuropati otonom. Akibatnya terjadi penurunan absorbsi cairan dan elektrolit di ileum dan kolon, dan terjadilah diare. Pemberian klonidin dapat memperbaiki absorbsi ileum dan kolon. Pemberian klonidin pada DD dapat menurunkan volume diare.
Penderita DM dengan diare kronik intermiten atau persisten harus dievaluasi dengan baik : pemeriksaan darah rutin, status glikemi, elektrolit, status tiroid, tes ANA, kadar obat bila mungkin kultur tinja dan sigmoidoskopi. bila pemeriksaan tinaja dan darah ada kelainan dilakukan aspirasi usus halus untuk kultur dan biopsi. Bila darah dan tinja normal dilakukan tes fungsi anorektal. Bila pemeriksaan di atas tidak dapati kelainan dilakukan pemeriksaan GI trait atau terapi empirik dengan opioid, klonidin, kolesteramin resin, octreotid.
Penderita DM dengan diare yang telah dievaluasi dan ditemukan sebab diarenya, segera diobati sesuai penyebabnya.
Bila pemeriksaan untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri yang berlebihan tidak dapat dikerjakan, diberikan terapi antibiotik empirik misalnya tetrasiklin atau metronidazol. setelah pemberian antibiotik empirik tidak menolong dapat diberikan terapi simtomatis misalnya diphenoxylate/atropine atau loperamide. Karena diarenya episodik, maka terapi simtomatis hanya diberikan saat episode diare saja.
Penderita yang tidak respon dengan terapi simtomatis dapat dicoba diberikan klonidin.
Fedorak et al melaporkan pemberian klonidin dosis tinggi 0,5-0,6 mg tiap 12 jam, dapat memperbaiki diare pada DD, tetapi terjadi efek sedasi yang cukup bermakna.
Pada diare yang cukup berat dan tidak responsif dengan pemberian klonidin dapat diberikan somatostatin analog (ocreotid). Obat ini dapat mengurangi sekresi mukosa usus dan memperbaiki absorbsi usus, hingga dapat mengurangi volume diare pada DD. Ocreotid diberikan parenteral, secara subkutan atau infus kontinyu.

Sumber : Diare Diabetik, Suyatmi Awizar. Naskah Lengkap Diabete Melitus Ditinjau dari berbagai Aspek Penyakit Dalam. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2007.

regards, taniafdi ^_^

No comments: