9/7/10

Miss D/, Obes atau Asma?

Beberapa orang dewasa obes mungkin mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kesulitan bernafas, dan salah didiagnosa sebagai asma. Para peneliti menumukan bahwa hampir 500 orang Kanada yang mengatakan bahwa dokternya telah mendiagnosa asma, sedangkan uji faal paru obyektif mengesampingkan penyakit paru pada 150 orang (30%).

Di antara pasien yang datang karena kesulitan bernafas pada tahun-tahun sebelumnya, laki-laki dan perempuan obes 4x lebih sering salah didiagnosa sebagai asma dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal. Studi ini tidak dapat mengidentifikasi alasan untuk salah diagnosa atau untuk risiko lebih besar pada orang dewasa obes yang sedang sesak nafas. Dikatakan bahwa spirometri tidak dipakai sesering yang seharusnya untuk mediagnosis asma. Asma harus didiagnosa berdasarkan kedua hal, yaitu gejala dan uji faal paru.

Dr. Smita Pakhale dari Ottawa Hospital di Ontario, Kanada, mengatakan bahwa orang dewasa obes mempunyai risiko lebih tinggu untuk problem kesehatan lain yang bisa menyebabkan gejala mirip asma, seperti tidak dapat bernafas dan dada terasa penuh, termasuk tingkat kebugaran yang rendah, refluk asam lambung, dan penyakit jantung.

Studi melibatkan 496 orang dewas dari 8 kota di Kanada yang dipilih secara random. Sekitar separuh adalah obes dan sisanya dengan berat badan normal, semuanya dikatakan dokternya menderita asma. Uji faal paru memastikan diagnosa asma pada 70% subyek. Dari subyek obes yang ternyata menderita asma, 21% telah mencari pengobatan urgen untuk gejala pernafasan dalam tahun sebelumnya, dibandingkan hanya <10% pada subyek dengan berat normal.

Ketika tim Dr. Pakhale mempertimbangkan faktor lain, termasuk sosio ekonomi, subyek yang obes ternyata 4x lebih banyak telah salah didiagnosa dengan asma, dibandingkan subyek yang lebih kurus.

Source : Chest 2010; 137: 1316-1323.

regards, taniafdi ^_^

No comments:

9/7/10

Miss D/, Obes atau Asma?

Beberapa orang dewasa obes mungkin mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kesulitan bernafas, dan salah didiagnosa sebagai asma. Para peneliti menumukan bahwa hampir 500 orang Kanada yang mengatakan bahwa dokternya telah mendiagnosa asma, sedangkan uji faal paru obyektif mengesampingkan penyakit paru pada 150 orang (30%).

Di antara pasien yang datang karena kesulitan bernafas pada tahun-tahun sebelumnya, laki-laki dan perempuan obes 4x lebih sering salah didiagnosa sebagai asma dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal. Studi ini tidak dapat mengidentifikasi alasan untuk salah diagnosa atau untuk risiko lebih besar pada orang dewasa obes yang sedang sesak nafas. Dikatakan bahwa spirometri tidak dipakai sesering yang seharusnya untuk mediagnosis asma. Asma harus didiagnosa berdasarkan kedua hal, yaitu gejala dan uji faal paru.

Dr. Smita Pakhale dari Ottawa Hospital di Ontario, Kanada, mengatakan bahwa orang dewasa obes mempunyai risiko lebih tinggu untuk problem kesehatan lain yang bisa menyebabkan gejala mirip asma, seperti tidak dapat bernafas dan dada terasa penuh, termasuk tingkat kebugaran yang rendah, refluk asam lambung, dan penyakit jantung.

Studi melibatkan 496 orang dewas dari 8 kota di Kanada yang dipilih secara random. Sekitar separuh adalah obes dan sisanya dengan berat badan normal, semuanya dikatakan dokternya menderita asma. Uji faal paru memastikan diagnosa asma pada 70% subyek. Dari subyek obes yang ternyata menderita asma, 21% telah mencari pengobatan urgen untuk gejala pernafasan dalam tahun sebelumnya, dibandingkan hanya <10% pada subyek dengan berat normal.

Ketika tim Dr. Pakhale mempertimbangkan faktor lain, termasuk sosio ekonomi, subyek yang obes ternyata 4x lebih banyak telah salah didiagnosa dengan asma, dibandingkan subyek yang lebih kurus.

Source : Chest 2010; 137: 1316-1323.

regards, taniafdi ^_^

No comments: