REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sejarah mencatat, pada zaman Turki Utsmani (1300-1922), penyebaran Islam sudah masuk ke kawasan benua Eropa saat ini. Namun, Islam sendiri baru masuk Jerman pada tahun 1700-1800, diperkenalkan oleh para imigran asal Turki. Sehingga tidak mengherankan jika komunitas Muslim di Jerman kebanyakan adalah orang-orang keturunan Turki.
Perkembangan Islam di negara ini cukup pesat. Pada 1989, sensus yang dilakukan suatu organisasi Islam mencatat sekitar 10 ribu orang Jerman asli memeluk Islam. Pada 2006, jumlah penduduk Muslim di Jerman mencapai 3,3 juta jiwa atau sekitar empat persen dari populasi penduduk Jerman.
Dengan perkembang yang cukup pesat ini, sampai sekarang terdapat sekitar 2.500 masjid di Jerman, dan hanya 160 yang dikenal luas. Kendati demikian, tren pembangunan masjid baru di negeri ini sedang meningkat. Sedikitnya ada 200 masjid yang tengah dikonstruksi saat ini.
Keberadaan bangunan masjid di Jerman sudah ada sejak akhir abad ke-18. Tepatnya di Kota Schwetzingen, masjid pertama di Jerman dibangun. Pada 1740, Raja Frederick II, pemegang kekaisaran Roma dan Raja Yerusalem dan Sicilia berkata, ''Semua agama adalah sama dan baik, jika orang-orang yang memeluknya jujur, dan bila Turki datang kemari dan ingin tinggal di negara ini, maka kita akan dirikan bagi mereka masjid-masjid.''
Bangunan masjid pertama di Jerman ini cukup unik, karena lokasinya yang berada di dalam kompleks Istana Schwetzingen. Masjid Schwetzingen dibangun untuk menghormati toleransi. Tetapi tidak sedikit isu sejarah yang beredar di kalangan masyarakat Schwetzingen menyebutkan bahwa masjid ini sengaja dibangun sebagai hadiah bagi salah satu istri raja yang berasal dari Turki dan beragama Islam.
Desas-desus lain yang juga berkembang luas di tengah masyarakat adalah bahwa salah satu bangsawan yang hidup di sini pada masa itu ada yang Muslim. Sayangnya, bangunan masjid ini sekarang tidak lagi digunakan sebagai tempat shalat. Kini, Masjid Schwetzingen hanya difungsikan sebagai bangunan bersejarah dan objek wisata, seperti halnya bangunan lainnya yang berada di dalam kompleks Istana Schwetzingen. Kecuali hari Senin, bangunan Masjid Schwetzingen terbuka bagi kunjungan masyarakat umum.
Dirancang dan dibangun pada tahun 1779 oleh arsitek berkebangsaan Perancis Nicolas de Pigage (1723-1796). Proses pembangunan kompleks Masjid Schwetzingen sendiri memakan waktu lima belas tahun lamanya (1779-1796).
Masjid Schwetzingen merupakan bangunan terbesar pertama yang mengedepankan gaya arsitektur oriental di sebuah negeri berbahasa Jerman. Pigage menggabungkan elemen-elemen dari arsitektur Islam Moor dengan eksotisme dari kisah-kisah dongeng Seribu Satu Malam.
Tak hanya sebatas itu. Oleh sang arsitek, Masjid Schwetzingen juga dirancang dan dibangun dengan menggunakan konsep taman. Karenanya masjid ini menjadi masjid taman pertama yang dibangun pada abad ke-18, dan hingga kini masih berdiri megah di kawasan Eropa. Taman yang berada di sekeliling bangunan masjid mengadopsi konsep taman-taman di Turki.
Pesona arsitektur Timur secara jelas sudah bisa ditangkap manakala pengunjung melihat bagian luar dari bangunan Masjid Schwetzingen. Pengaruh arsitektur Timur ini semakin tampak jelas, saat memasuki bagian tengah masjid, yang berbentuk kubah bundar, yang diapit oleh ruangan-ruangan berbentuk persegi. Gaya oriental juga tampak kental pada interior masjid, dengan penggunaan mosaik marmer pada lantai di ruang bagian tengah.
Bagian langit-langit masjid dihiasi dengan ornamen dari bahan plesteran. Di bagian tengah bangunan masjid ini terdapat ruangan khusus bagi para imam masjid. Keberadaan ruang khusus ini semakin memperkuat kesan bahwa bangunan ini pada masa lalu pernah difungsikan sebagai tempat ibadah.
Sedangkan permukaan dinding masjid bagian dalam dihiasi dengan lukisan dan sepuhan emas. Kutipan ayat-ayat Alquran bisa kita jumpai pada permukaan dinding masjid bagian luar dan di langit-langit kubah. Untuk mencapai bagian teras depan masjid, kita harus melewati sejumlah tiang pilar yang dari kejauhan tampak terlihat seperti memainkan siluet bayangan dan cahaya secara bergantian.
Seperti bangunan masjid lainnya yang dibangun pada masa pemerintahan Turki Utsmani, Masjid Schwetzingen juga dilengkapi dengan bangunan menara. Menara tersebut menghiasi kedua sisi bangunan masjid. Namun, sayangnya menara Masjid Schwetzingen ini tertutup bagi kunjungan wisatawan. Pengunjung tidak diperbolehkan untuk menaiki anak tangga yang menuju ke puncak menara.
No comments:
Post a Comment