Traksi mempunyai peran penting dalam tatalaksana orthopedi. Traksi dapat digunakan untuk mereposisi fraktur dan dapat digunakan untuk mempertahankan posisi frkatur (retaining/imobilisasi). Tujuan traksi yaitu mempertahankan panjang suatu ekstrimitas, mempertahankan kesegarisan (alignment) maupun keseimbangan (stability) pada fraktur.
Dengan pemasangan traksi gerakan suatu sendi dimungkinkan dengan sekaligus tetap mempertahankan kesegarisan fragmen-fragmen tulang. Dengan traksi spastisitas otot yang disebabkan penyakit pada tulang dan sendi dapat direlaksasi. Dengan traksi tungkai yang mengalami pembengkakan dapat ditinggikan sehingga mengurangi pembengkakan.
Jenis-jenis traksi yaitu :
Traksi kulit (Skin traction) :
Traksi yang dilakukan dengan melakukan tarikan pada fragmen fraktur melalui kulit. Traksi kulit biasanya digunakan sebagai terapi sementara (temporary splint) karena keterbatasan pembebanan atau daya tarikan (maksimal beban 6 kg) dan usia traksinya tidak tahan lama (biasanya traksi kulit harus diganti maksimal 2 minggu). Namun traksi kulit juga dapat digunakan sebagai terapi definitif, misalnya pada terapi fraktur femur pada anak usia 5 tahun dengan Bryant traction (gambar pertama), atau pada usia di atas 5 tahun dengan Hamilton-Russell traction (gambar ke-2). Komplikasi traksi kulit meliputi : kerusakan pada kulit (bulae) dan cedera saraf tepi (cedera nervus peroneus).
Traksi tulang (Bone traction) :
Traksi yang dilakukan dengan melakukan tarikan pada fragmen fraktur melalui tulang (memasang steimann pin pada tulang). Traksi tulang dapat digunakan sebagai terapi definitif. Contoh traksi tulang definitif yaitu Balance Skeletal Traction pada fraktur femur (gambar ke-3). Komplikasi yang sering timbul pada traksi tulang adalah : infeksi pada pin (pin tract infection) dan pin yang kendur (pin loosening). Sedangkan komplikasi lainnya yang dapat terjadi adalah komplikasi umum terapi konservatif pada fraktur yaitu yang lebi dikenal sebagai fracture disease terdiri dari : kekuatan sendi (joint stiffness), osteoporosis (disuse osteoporosis) dan atropi otot.
Sumber : Gunawan B. Tatalaksana Cedera Ekstrimitas dalam Jurnal Kedokteran Indonesia Medicinal. Ed IX, vol 3, 15 April - 15 Mei 2010. 34.
regards, Tania ^_^
No comments:
Post a Comment