Studi terbaru menunjukkan bahwa obat yang diindikasikan untuk mengobati anemia, yaitu darbepotin alfa, tampaknya meningkatkan risiko stroke sebesar 2 kali liat jika diberikan kepada pasien dengan diabetes dan penyakit ginjal, dan tanpa memperbaiki kualitas hidupnya. Darbepoetin alfa termasuk dalam golongan ESA (erythropoiesis-stimulating agent), yang seringkali diberikan untuk pasien-pasien diabetik dengan penyakit ginjal kronik dan anemia ringan.
Ada persepsi bahwa pengobatan anemia akan membuat pasien merasa jauh lebih sehat, sehingga risiko yang timbul masih dapat diterima, tetapi manfaat terhadap kualitas hidup ternyata tidak sebesar yang kita duga, dan bahkan meningkatkan risiko stroke menjadi 2 kali lipat.
Para peneliti menyatakan bahwa pasien dengan penyakit ginjal lebih berat, seperti pasien yang sedang menjalani dialisi, mungkin masih mendapat manfaat dari darbepoetin, yaitu dengan risiko yang masih dapat diterima. Pasien-pasien yang menjalani dialysis umumnya merasa kesehatannya labih buruk dan juga menderita anemia berat, sehingga golongan obat ini dapat bermanfaat bagi mereka. Karena golongan obat ini bermanfaat pada pasein-pasien demikian, maka dokter beranggapan bahwa obat ini juga membantu pasien dengan anemia lebih ringan.
Dr. Phillip Marsden dari The University of Toronto dalam editorialnya menyatakan bahwa hasil studi ini menunjukkan perlunya dokter dan pasien mendiskusikan apakah perlu memberikan obat ini atau tidak. Pada sebagian besar pasien-pasien ini, perbaikan kecil dalam kualitas hidup tidak cukup untuk mengimbangi meningkatnya risiko stroke dan kematian.
Golongan ESA telah digunakan selama 2 dekade, dan cukup mengejutkan bahwa diperlukan 20 tahun untuk dapat mengetahui apakah obat ini aman atau tidak.
Untuk itu, dokter dianjurkan untuk berhati-hati dalam menggunakan ESA terutama pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, menimbang risiko dan manfaatnya, serta mencadangkan obat ini terutama untuk pasien yang sering memerlukan transfusi darah atau merupakan calon transplantasi ginjal.
Sumber : New England Journal of Medicine 2009; 361: 2019-2032.
regards, taniafdi ^_^
No comments:
Post a Comment